Saturday, July 21, 2007

Anak Hilang,...

Kemarin Papi Alwi meninggal, dia adalah kakak tiri mama ...
Setelah hampir 5 tahun tak bertemu, aku kembali mengunjungi rumah itu...
Rumah itu penuh dengan orang orang yang melayat... aku tak berani menatap wajah Om Alwi yang terbaring ditengah ruangan.
Kuhampiri mami (istri Omku) dan berbisik padanya,...kalau aku dina keponakannya dari salah satu adik suaminya yang super banyak( kebetulan aku memiliki satu Kakek dan nenek yang lebih dari 4 orang!dan total anak anak mereka adalah 40 orang saja, kebayang gak anak cucu mereka ada brapa? Ratusan!!! Gile juga Kakek gue...spermanya paten!).
"Ya Ampun dina...kamu kemana aja? sejak nikah gak pernah kelihatan lagi" ucapnya sedikit histeris. Tak lama, sibuklah aku dikenalkan pada semua saudaraku.
"Ini si Dina...anak si Zai(mamaku) yang paling kecil"
Hampir semua oma oma diruangan itu mengenaliku, sedangkan yang muda muda hanya bilang
"Waktu kecilnya sih inget, udah nggak inget gedenya..."
Sedangkan yang laki laki lebih familiar nama papa saat aku mengenalkan diri "oh, anaknya Uda Umar?"
Setelah habis pipiku diciumi kakak kakak sepupuku, duduklah aku bersama oma oma diruangan itu.Mereka sibuk "melacak keberadaanku" dimana aku tinggal di Jakarta ini.
Akhirnya mereka memutuskan aku harus ikut arisan keluarga yang akan habis 4 kali pertemuan lagi.
Sayang mama tidak bisa hadir melayat kakakknya. Mungkin sampai saat ini, mama belum tahu kalau kakaknya meninggal. Kata Papa sengaja untuk tidak diberi tahu terlebih dahulu karena takut perasaannya terguncang, mama sangat dekat dengan kakaknya yang satu ini.
Papa juga tidak bisa datang, karena kondisi dirinya yang walau pun sehat tapi tak bisa berangkat kejakarta, karena osteoporosis. Dokter pun melarang keras papa untuk pergi terlalu jauh, karena takutnya terjadi cedera pada tulangnya yang rapuh.
Malam itu hanya aku yang ada disana. Tak hanya aku yang dibilang anak hilang, tapi mamaku juga... mereka bilang mama adalah kakak dan adik yang paling susah ditemui...setiap ada acara keluarga jarang datang dan hanya dia yg terdampar diBandung. Karena semua kakak dan adiknya sudah berdomisili di Jakarta.
Tenggorokan ku terasa tercekat, ketika melihat tante ani yang wajahnya mirip sekali dengan mama, padahal mereka beda ibu. Gen dikeluarga ini begitu kental dan kuat. Dan aku bagian didalamnya.
Sudah saatnya aku kembali mendekatkan diri dengan keluarga besarku yang hilang.
Kalau bukan aku (karena hanya aku yang tinggal diJakarta dari keluargaku) siapa lagi yang akan mewakili keluarga Zaidar Darwis untuk hadir dikeluarga Kin Darwis lainnya.
Ini masih satu keluarga dari pihak mama saja, belum lagi dari pihak papa (tapi kalau dari pihak papa, aku lebih familiar dengan mereka dari pada pihak mama).
Aku sudah punya anak sekarang,...
Aku tak ingin seperti dulu lagi paling malas untuk diajak keacara keluarga, karena ketika mama dan papa jika suatu saat nanti tidak ada mungkin aku bisa kehilangan keluarga. Aku tak ingin asya seperti itu...Asya harus tahu keluarga besarnya. Entah dari aku atau dari Ayahnya...

No comments: